Jumat, 16 April 2010

Aqua Gelas

Pada hari itu, saat siang hari, perutku sudah sangat lapar. Aku bersama dua temanku langsung memesan bakso di kantin mahasiswa. Kami bertiga memang kelaparan. Karena kuliah dari jam setengah delapan pagi sampai jam setengah empat sore dengan perut kosong.

Aku sedang tidak ingin membicarakan tentang kelaparan. Tapi dia…dia yang sudah sebulan terakhir ini selalu menenteramkan hatiku dengan wajahnya yang menawan. Setiap istirahat siang, dia selalu ada di pandanganku, seperti hari itu. Kami sama-sama makan siang. Aku tahu dia. Tapi entah, dia mengenal aku atau tidak. Setelah makan, dia sedang membayar nasi yang dia makan. Aku disebelahnya, membeli aqua gelas, setelah itu dia mendekatiku, bukan untuk menyapaku, tetapi menyapa penjual untuk membeli aqua gelas juga.

“Ini mbak kembaliannya…” kata penjual aqua gelas kepadaku dengan menyerahkan uang lima ratus rupiah dari uang seribu rupiah yang kuberi atas aqua yang kubeli.

“Mbak aqua gelasnya satu!” kata dia kepada penjual dengan menyerahkan uang seribu rupiah.

Sementara itu aku sudah memasukkan uang lima ratus rupiah kedalam kantong celana jeansku.Aku tahu, dia ada disampingku. Aku sangat senang walaupun dia tidak mengenalku. Aku mengambil aqua ukuran segelas, dan sedotan. Diapun begitu.

“Mas, kembaliannya tidak ada!” kata penjual pada dia.

Sejenak kami bertiga saling pandang, akhirnya kuputuskan.

“Ya sudah mbak…ini saya saja yang bayar!” kataku sambil mengeluarkan uang lima ratus rupiah yang ada didalam kantong celana jeansku.

“Hei! Ini aku saja yang bayar!” kataku padanya.

“Halo…!Ini aku yang bayar aqua gelasmu…tidak ada kembalian kan?” ucapku lagi dengan nada yang keras padanya.

Namun, sayang sekali dia tidak melihatku bahkan mungkin dia tidak mendengarku. Telinga, dan matanya tertuju pada temannya yang tadi mengajaknya bicara.

“Ya ampun mbak! Saya dicuekin tuh! Ya sudah deh, ini mbak…saya saja yang bayar daripada dia tidak ada kembaliannya!”.

Lalu aku menyerahkan uang lima ratus rupiah kepada penjual, lalu aku kembali ke tempat aku makan bersama kedua temanku. Aku masih memperhatikannya. Sepertinya dia ingin membeli aqua gelas satu buah lagi supaya tidak perlu ada uang kembalian. Namun, sepertinya penjual sudah memberi tahu bahwa aqua gelasnya sudah dibayar olehku. Penjual itu sambil menunjukku tapi aku segera membuang mukaku karena dia mencariku. Sampai saat ini, aku tidak tahu apakah dia mengenalku atau tidak. Namun, yang pasti aku hanya ingin mengenalnya lebih dekat selayaknya teman biasa saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar