" Jangan-jangan! yang dibicarakan teman-teman benar", kata Tika.
" Maksudmu…Via yang menghabiskan uang kita?", Nia mencoba menebak.
" Wah…kalau benar, bisa kacau nih!" ujar Tika.Tika berjalan memasuki ruang kelas
dengan perasaan bingung dan gelisah.
" Tika, kamu jangan terlalu khawatir ya. Bagaimana kalau kita bertiga mencari uang
pengganti untuk membayar buku itu kembali?” usul Nia.
" Kamu pikir aku ini BANK!!!, aku tidak mau bayar lagi,” jawab Tika dengan kesal.
" Jadi kamu tidak mau membayar buku itu lagi, lalu bagaimana kamu bisa ikut ujian nanti ?" seru Nia.
'' Ya...aku akan meminta uang itu kembali kepada Via", jawab Tika.
" Iya aku mengerti, tetapi lebih baik kita bertiga membayar buku itu kembali. Namun, kali ini kita membayarnya langsung ke Bapak Dicky saja, yang penting kita dapat mengikuti ujian semester ini. Setelah itu kita menyuruh Via untuk segera mengembalikan uang kita. Bagaimana, kamu setuju ?" usul Nia.
" Ayolah Tika, kamu setuju tidak?” tanya Desi.
" Bagaimana ya...Ya sudahlah. Terserah kalian berdua saja,” kata Tika.
" Nah begitu dong…Itu baru yang namanya teman. Iya tidak, Nia?” kata Desi.
Mereka bertiga tersenyum dan Tika menerima pertimbangan dari kedua temannya tersebut. Tidak lama kemudian, Via masuk kedalam kelas. Tika, Desi dan Nia mulai menatap Via dengan rasa curiga. Lalu Desi mendekati Via dan mengatakan :
" Via, besok jangan lupa bawa uang Tika ya," kata Desi dengan sinis sambil bergegas keluar.
Wajah Via langsung pucat sambil memikirkan perbuatannya. Tiba-tiba Cory menghampiri Via sambil menepuk pundaknya dan menyapa Via.
" Kamu melamun ya?” tanya Cory.
" Eh, oh…tidak!,” kata Via dengan rasa kaget dan berusaha menutupi kegugupannya.
" Minum jus dulu yuk,” ajak Cory.
" Boleh ",seru Via
Dan mereka bergegas pergi ke kantin. tidak lama sambil meminum jus, Cory membahas masalah uang buku yang telah Via gunakan.Cory berkata,
” Kamu tahu tidak, kalau teman sekelas kita pada menjauhi kamu.”
Via terdiam dan membisu.
" Kenapa sih, kamu nekat seperti itu?” tanya Cory.
“Cor, jika aku berterus terang kepadamu, kamu tidak akan menertawakan aku, kan?” tanya Via sambil menunduk.
" Ya, tentu saja tidak. Percaya deh, aku tidak akan menceritakannya kepada orang lain. Asal?”
" Asal apa, Cor?”, potong Via
" Asal kamu janji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi. Bisa?”
Via mengangguk. Lalu dia bercerita.
" Cor, aku memang jahat. Aku iri kepada Desi dan yang lainnya karena mereka bisa jajan setiap hari, dikelilingi orang-orang karena banyak mentraktir teman. Aku sadar, aku tidak bisa seperti mereka. Maklum Cor, keluargaku serba berkekurangan. Aku sedih tidak punya uang untuk mentraktir teman-teman. Karena itu aku nekat, mengambil uang buku kamu dan yang lainnya. Lalu, tanpa aku sadari, aku harus menyetorkan semuanya itu ke Bapak Dicky. Hingga harinya tiba, Bapak Dicky menagih uang buku sebelum ujian semester. Aku bingung Cor, tidak tahu harus berbuat apa?”
Cory kaget serta menggelengkan kepalanya.
" Via, terus terang aku ikut merasa prihatin mendengar ceritamu.tetapi, apa yang sudah kamu lakukan itu adalah suatu kesalahan yang besar,” kata Cory sambil berhenti sebentar.
" Begini ya Via. Sebenarnya, kita tidak perlu memaksakan diri melakukan sesuatu diluar kemampuan kita! Kita pasti akan menderita. Sebenarnya kita masing-masing mempunyai bakat yang diberikan Tuhan kepada kita, hanya saja, bagaimana cara kita dapat mengembangkannya. Aku percaya bahwa kamu punya bakat juga. Aku dengar kamu jago membuat puisi. Kenapa kamu tidak mencoba mengirimkannya ke majalah saja atau mading sekolah kita? Mungkin diterima, lalu dimuat lagi! Nah, dengan begitu, uangnya dapat kamu pakai untuk membantu keluargamu bukan.”
Via mulai berpikir dan tersenyum. Lalu dia bertanya.
" Darimana kamu tahu kalau aku bisa membuat puisi?”
" Ya jelas tahu dong. Rahasia ah…benar bukan, kamu bisa membuat puisi?” kata Cory.
Via mengangguk.
" Wah, hebat dong! kirimkan saja puisi-puisimu itu ke majalah! kalau puisimu dimuat, bukan kamu saja yang senang. Melainkan orangtuamu, aku, dan teman-temanmu juga senang. Kamu bisa menjadi idola kelas loh! Dan kamu, tidak perlu berbuat bodoh seperti kemarin,” kata Cory.
" Aku senang Cor, mempunyai teman seperti kamu. Tetapi, yang menjadi masalahnya sekarang, besok aku belum sanggup mengganti uang buku Desy,Nia dan Tika serta yang lainnya.” kata Via.
" Jangan khawatir. Aku mau kok, membantu kamu. Apalagi sekarang kamu sudah sadar akan perbuatanmu.”
" Terimakasih ya Cory, kamu memang temanku yang baik.” kata Via.
" Sudah, tidak perlu dipikirkan lagi, sekarang ayo kita pulang,” kata Cory.
Via dan Cory pulang dengan perasaan senang dan tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar